Selasa, 14 April 2020
MENGAPA TAKUT?
2 Tawarikh 20 : 1 - 22
Ketakutan menjadi penghambat untuk kita melihat kuasa dan kehadiran Tuhan di tengah-tengah pergumulan hidup yang kita jalani. Tidak kebetulan kalau kata “jangan takut” (dengan segala bentuk katanya) dalam Alkitab tertulis sebanyak 365 kali. Allah melalui Firman-Nya menjamin kehadiran dan penyertaan-Nya kepada kita dalam segala situasi, medan, dan musim kehidupan yang kita jalani. Tujuannya jekas, supaya setiap hari kita tidak takut! Setiap hari dalam setahun Firman Tuhan mengingatkan kita agar jangan takut apapun keadaanmu dan kondisimu sebab “Aku, Tuhan besertamu.”
Ada takut yang kudus, yaitu menaruh hormat, kagum dan taat kepada Tuhan. Hormat kepada otoritas adalah bentuk rasa takut yang wajar dan perlu ditempatkan pada porsinya. Tetapi takut terhadap musuh, terhadap teror, ancaman, hal-hal yang kita kuatirkan tidak mendantangkan kebaikan bagi kita. Takut kepada hal-hal tersebut hanya menutupi mata rohani kita, mendantangkan petaka yang tidak seharusnya kita alami, seperti kata Ayub, “Yang kucemaskan itulah yang menimpa aku.”
Sebagai orang percaya, kita harus meletakkan rasa takut pada porsi yang tepat dan benar. Melalui 2 Tawarikh 20 : 1 - 22 kita boleh belajar kepada Raja Yosafat pada saat berperang melawan Bani Amon dan Bani Moab. Hal yang dilakukan Yosafat ketika ia dalam ketakutan yang amat sangat adalah :
1. Mencari dan Berseru kepada Tuhan.
Ayat 3 - 4 Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa. Dan Yehuda berkumpul untuk meminta pertolongan dari pada TUHAN. Mereka datang dari semua kota di Yehuda untuk mencari TUHAN.
Artinya, Yosafat telah belajar mencari dan hidup takut akan Tuhan, ia membangun suatu hubungan yang indah dengan Tuhan. Sehingga ketika dalam tekanan oleh karena ketakutan yang amat sangat, ia berseru dan memanggil Nama Tuhan dan menyeruhkan kepada seluruh penduduk Yehuda untuk berpuasa bersama. Perlunya memiliki sikap hati yang mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh, berdoa dan mencari wajah Tuhan dalam suatu keuitian. Yosafat tidak berdoa sendiri. Artinya, bukan raja atau pemimpin rohani sendiri yang membangun hubungan dengan Tuhan, tetapi seluruh Yehuda bekumpul dari semua kota untuk mencari Tuhan. Menghadapi keadaan genting seperti yang sekarang kita alami, kita harus membangun keintiman bersama dengan Tuhan, doa bersama, puasa bersama dalam skala nasional dan dunia. Membangun suatu jaringan doa tanpa batas tembok, wilayah dan denominasi kita merendahkan diri, mencari wajah-Nya, berseru kepada Tuhan, memohon ampun atas segala pelanggaran dan berpaling dari dosa-dosa kita dan bangsa ini.
2. Miliki Iman yang Teguh Terhadap Janji Tuhan.
Ayat 6 - 7 Dan berkata :Ya TUHAN, Allah nenek moyang kami, bukankah Engkau Allah dalam sorga? Bukankah Engkau memerintah atas segenap kerajaan bangsa? Kuasa dan keperkasaanan ada di dalam tangan-Mu, sehingga tidak ada orang yang dapat bertahan melawan Engkau. 7 Bukankah engkau Allah kami yang menghalau penduduk tanah ini dari depan umat-Mu Israel, dan memberikannya kepada keturunan Abraham, sahabat-Mu, untuk selama-lamanya?
Yosafat mendeklarasikan imannya di hadapan seluruh penduduk Yehuda. Ia punya keyakinan yang kokoh akan perbuatan Tuhan yang ajaib di masa lalu terhadap nenek moyangnya. Iman yang teguh itu berdasar pada Kebenaran Firman Allah. Pengenalan yang benar akan Firman akan menumbuhkan Iman kita, dan Firman akan teruji dan menjadi nyata ketika iman kita diperhadapkan dengan tantangan dan pergumulan hidup. Pengalaman hidup berjalan bersama Tuhan melewati lembah kekelaman (ketakutan, ancaman dan maut sekalipun) akan membuat iman percaya kita makin teguh terhadap Tuhan dan janji-Nya. Kita harus percaya bahwa kita punya Allah yang luar biasa dan Mahakuasa, bahwa Kasih setia-Nya bagaikan perisai yang melindungi kita setiap saat dan pertolongan-Nya tidak pernah terlambat!
Yesus berkata, “Jangan takut, Aku ada.” Artinya, jangan sama sekali kita takut sebab Dia ada beserta kita, ada bagi kita saat ini, setiap waktu dan sepanjang jalan hidup kita. Ia adalah Imanuel. Kenapa kita takut? Jangan pernah takut lagi sebab tidak ada kuasa yang lebih besar dan melebihi kuasa-Nya, baik di bumi ini maupun di dunia yang akan datang. Karena itu, mari kita sepakat berseru dan memanggil nama-Nya dalam doa dan kerendahan hati sambil menjaga dan memelihara iman yang teguh pada janji-janji-Nya yang manis. Amin.
Tuhan Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar