Renungan Senin, 13 April 2020
DI LEMBAH KEKELAMAN, KU LIHAT MUJIZAT
Yehezkiel 37 : 1 - 6
Lalu kekuasaan TUHAN meliputi aku dan Ia membawa aku ke luar dengan perantaraan Roh-Nya dan menempatkan aku di tengah-tengah lembah, dan lembah ini penuh dengan tulang-tulang. Ia membawa aku melihat tulang-tulang itu berkeliling-keliling dan sungguh, amat banyak bertaburan di lembah itu; lihat, tulang-tulang itu amat kering. Lalu Ia berfirman kepadaku: "Hai anak manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali?" Aku menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, Engkaulah yang mengetahui!" Lalu firman-Nya kepadaku: "Bernubuatlah mengenai tulang-tulang ini dan katakanlah kepadanya: Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman TUHAN! Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. Aku akan memberi urat-urat padamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN."
Pengalaman Yehezkiel ketika kuasa dan kemuliaan Tuhan meliputinya dan dalam roh Tuhan menuntun dia ke suatu lembah guna menyaksikan mujizat yang dikerjakan Tuhan, dimana tulang-tulang kering bisa dihidupkan kembali. Suatu kondisi kehidupan iman, pengharapan, hubungan Israel dengan Tuhan yang rapuh dan mati yang digambarkan seperti tulang-tulang kering, dan hanya bisa disatukan, dibangkitkan serta dihidupkan oleh kuasa Firman Tuhan dan Roh-Nya.
Mungkin kondisi yang hampir sama juga dialami oleh banyak umat Tuhan di akhir-akhir ini;
keadaan putus asa, meragukan kuasa dan perlindungan Tuhan, panik dan penuh ketakutan sehingga tidak ada ketenangan dalam berdoa, kesedihan menyayat hati karena ditinggal orang-orang terkasih, semua menjadi satu dalam hati dan pikiran sehingga melupakan janji-janji Tuhan yang pasti. Iman kita mulai rapuh, kasih kita kepada sesama mulai tawar…harapan kita berada pada titik nadir terdalam, kondisi kita seperti tulang-tulang kering di lembah kekelaman oleh karena begitu banyaknya masalah yang menimpa kita dan bangsa kita. Belum pulih dari bencana nasional: perpecahan perbedaan mayoritas dan minoritas seolah-olah merobek-robek keutuhan bangsa kita, lembah itu makin dalam, gelap dan takut ketika wabah COVID’19 yang sangat kejam itu menteror bangsa dengan skala dunia. Namun, Alkitab selalu punya catatan dari Perbuatan Tangan Tuhan yang dasyat. Jejak Tangan-Nya terlihat jelas lebih kokoh dan lebih perkasa dari ancaman maut, Harita-Nya menembus kegelapan lembah yang kelam.
Sebutlah seorang Daud, ia tidak takut bahaya sebab Tuhan tidak pernah meninggalkannya. Seorang Musa, Yosua, Danie serta para sahabatnya, Gideon, dan para Rasul serta semua orang percaya sepanjang abad telah melewati lembah kekelaman hidup namun mereka tidak takut bahaya sebab kasih Tuhan tidak pernah beranjak dari hidup mereka.
Kehadiran Tangan Tuhan mampu menyingkirkan kecemasan, keraguan, ketakutan bahkan maut yang mengancam hidup mereka. Kita harus percaya bahwa lembah bayang maut tidak sanggup memisahkan kita dari kasih Kristus. Dari batu-batu cadas di depan datang air yang sedap! Itu pengalaman Musa dan umatnya di gurun.
Kembali ke pengalaman Yehezkiel, hal ini memberi pelajaran rohani bagi kita bahwa Tuhan sanggup melakukan perkara ajaib dalam hidup kita, meski keadaan kita dalam keadaan kering: sakit yang tidak pernah sembuh, terancam oleh virus, dicurangi orang sehingga mengalami kebangkrutan, penolakan sosial dan rumah tangga di ujung tanduk sekalipun. Tuhan sanggup pulihkan, sembuhkan, dan angkat kita kembali.
Apa yang hendak kita lakukan ketika Tuhan menuntun kita dalam lembah?
1. Sungguh-sungguh sadar bahwa Tuhanlah yang menuntun kita ke lembah.
Kuasa Tuhan yang ‘sengaja’ membawa Yehezkiel dalam pengalaman roh tersebut ke lembah untuk sementara waktu melihat seperti apa kondisi rohani Israel. Tidak hanya diperlihatkan kondisi seperti tulang-tulang yang kering, tapi Tuhan memberi pengharapan bahwa kuasa Firman dan Roh Allah sanggup menyatukan, memberi kehidupan baru, membangkitkan pasukan yang besar dan pemulihan. Sebagaimana yang dialami Yehezkiel, mungkin juga saat ini Tuhan sengaja membawa kita pada lembah, baik berskala pribadi, keluarga, nasional, bangsa dan dunia. Ada kesengajaan Tuhan untuk memperlihatkan kepada kita, bahwa manusia dengan segala fasilitas hidup, kesombongan, pengandalan terhadap pencapaiannya hanya seperti tulang-tulang kering saja di mata Tuhan. Kita tak berdaya melawan virus; kita diingatkan bahwa kita manusia bukan siapa-siapa. Hanya FIRMAN dan ROH TUHAN yang memberi kita HIDUP! Jika Tuhan sengaja membawa kita ke lembah, yakinlah bahwa tangan-Nya tidak pernah melepaskan kita. Genggaman-Nya kuat, Ia menghalau setiap rintangan, Ia meredahkan badai dan membuat mata kita melihat terang-Nya.
2. Kita harus tetap sabar dan setia kepada Tuhan.
Tuhan tidak hanya membawa kita ke rumput hijau dan air yang tenang, tapi juga di lembah. Ini bukan perjalanan yang biasa-biasa, tapi perjalanan yang penuh kejutan sehingga kita dibuat kagum akan kasih Tuhan. Lembah adalah tempat yang menjadi medan peperangan (karena itu banyak ditemukan tulang belulang), namun lembah juga adalah tempat yang subur. Ketika Tuhan menuntun kita ke lembah kehidupan, berarti Tuhan sedang melatih kita untuk berperang (supaya kita kuat dan terlatih/mahir mempergunakan senjata-senjata rohani). Melatih kehidupan rohani kita sehingga kita bisa menikmati segala berkat ilahi yang disediakan oleh Tuhan bagi kita yang dikasihi-Nya. Karena itu tetaplah sabar dan setia kepada Tuhan supaya kita menjadi Kristen yang sempurna (dikehendaki Allah).
Yakobus 1 : 2 - 4
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.
“Tuhan selalu bisa buat mujizat, asalkan kita sadar akan kehadiran-Nya, tetap sabar dan setia kepada Tuhan serta percaya pada kuasa Firman Tuhan” Amin! (AS).
Tuhan Yesus Memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar