Minggu, 09 November 2014

Hidup Seperti Henokh


Kehidupan Henokh tidak banyak diceriterakan dalam Alkitab. Hanya beberapa ayat saja, tetapi kita bisa belajar dari kehidupannya yang luar biasa. Dalam kitab Kejadian5:21-24 dikatakan: Setelah Henokh hidup enam puluh limatahun, ia memperanakkan Metusalah Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, ... lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.

Henokh hidup berkeluarga, dia punya anak banyak, tidak hanya Metusalah anaknya. Dia juga orang yang sibuk karena dia harus menghidupi keluarganya. Dia juga pasti tidak tinggal menyendiri di dalam gua misalnya, tetapi hidup bermasyarakat. Keistimewaan hidupnya adalah dia bergaul akrab dengan Allah selama 300 tahun sehingga dia langsung diangkat oleh Allah dalam meninggalkan dunia ini tanpa mengalami kematian. Kesukaannya pastilah berdiam diri, mendengarkan petunjuk Allah dan menurutinya. Henokh benar-benar hidup sebagai anak Allah yang sejati. Dia masih ada di bumi tetapi kehidupannya dia jalankan seolah-olah dia sudah hidup di sorga. Telinganya dipakai untuk mendengarkan suara sorgawi. Bukankah kita juga berdoa 'Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga'?

Sebagai orang Kristen seharusnya kita hidup beda dari orang-orang dunia ini. Kita adalah anak Allah, setiap apa pun yang kita lakukan harus seturut aturan sorga. Kita juga disebut bait Allah di mana Roh Allah diam di dalam kita. 1Kor. 3:16. Bergaul akrab dengan Allah artinya berjalan di dalam roh dalam hidup ini bersama Allah, ini yang harus kita pedulikan. Kita harus mengejar kehidupan yang seperti itu sebagai orang percaya.  Identitas kita bukan kita dapatkan dari pekerjaan yang kita lakukan untuk kehidupan ini, tetapi kita mendapatkan identitas dari pekerjaan yang kita lakukan untuk Allah, Bapa kita. Hasil hubungan kita dengan Bapa itu merupakan identitas kita. Berhubungan dengan Bapa bagi kita adalah mungkin setiap saat, ini dikehendaki dan dirindukan Bapa. Kebanyakan dari kita berkata 'Aku nggak punya waktu'. Hal yang paling Tuhan kehendaki adalah waktu kita!

Kita sekarang berada seperti yang dikatakan dalam Wahyu 4:1 kita melihat pintu sorga yang terbuka dan suara yang mengundang kita berkata: 'Naiklah ke mari'. Pernyataan ini adalah begitu kontroversial, tetapi Tuhan sedang membangkitkan orang-orang yang hidupnya di bumi tetapi berbuat seolah-olah rumahnya sudah di sorga sekarang! Seperti waktu Daud menerima pewahyuan, dan berkata: "Aku ini orang asing di dunia" Mazmur 119:19.

Kalau kesejatian yang abadi itu menyentuh hati kita, kita tidak mau lagi berpegang kepada hal-hal yang sifatnya sementara. Allah sedang membangkitkan orang-orang yang memiliki hati seperti Henokh. Bergaul intim secara supra alami, begitu jatuh hati dengan sorga, begitu rindu mendengarkan suara Tuhan, serta melakukan dengan taat petunjuk-Nya. Orang-orang yang mempunyai perspektif sorgawi, berlaku dan berbicara beda dengan orang-orang dunia. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu. Roma 12:2 

Di dalam dunia yang serba sibuk ini Alkitab menuliskan dalam Mazmur 46:11 "Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!" Kita harus menyediakan waktu untuk berdiam diri, menenangkan hati dan pikiran kita untuk mendengarkan suara Tuhan dan belajar dari Dia, karena Dia ingin mengajar kita. Mazmur 32:8. Hargailah waktu kita. Apakah kita berada di terminal bus atau di airport, apa pun kesibukan kita, kita harus punya waktu untuk berdiam diri, menenangkan hati kita untuk mendengarkan bimbingan Tuhan. Dia selalu berbicara dengan kita, hanya kita saja yang tidak punya waktu untuk mendengarkan. Bapa dan Tuhan Yesus tinggal didalam kita. Yoh. 14:23. Roh Kudus juga diam di dalam kita. 
1Kor. 3:16. Dengan mengenal Bapa secara benar kita dapat memberikan inspirasi kepada orang-orang di sekitar kita. 

Apabila kita menyediakan waktu bersama Yesus, hadirat-Nya tinggal di dalam kita. Para malaikat mengasihi hadirat Allah, kalau kita menghadirkan hadirat Allah maka para malaikat itu juga mengelilingi kita. Orang yang berjalan bersama Tuhan merubah lingkungan di mana dia ada dengan kehadirannya. Dalam kitab Kisah Para Rasul, orang-orang meletakkan orang sakit di tilamnya sehingga pada waktu bayangan Petrus menyentuhya mereka disembuhkan.

Mata kita sekarang terbuka untuk melihat kemuliaan Allah yang tinggal di dalam kita itu mempengaruhi lingkungan yang ada di sekitar kita. "Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!" -- Kolose 1:27

Kehidupan Henokh benar-benar memberi pelajaran yang sangat berguna bagi hidup kita. Henokh adalah tipe anak Allah yang dewasa. Di tengah-tengah tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga, dia masih bisa hidup bergaul intim dengan Allah. Allah memanggil kita untuk  bergaul intim dengan Dia -- untuk hidup secara supra alami -- mempunyai pikiran di sorga sedang tubuh kita masih di bumi, melakukan rencana-rencana-Nya.

Hidup Henokh mengajar banyak hal kepada kita. Baik untuk mencapai sukses maupun untuk bergaul akrab dengan Tuhan, untuk menjalani kehidupan ini di mana Tuhan dihargai di atas harta dunia dan di atas segala-galanya. 
Sorga itu rumah kita sekarang. Kalau kita akrab dengan Tuhan, kesukaan-Nya menjadi kesukaan kita juga. Amin Tuhan Yaesus Memberkati Shalom.


Kamis, 06 November 2014

Hubungan Eksklusif Yang Berlanjut

Tetapi inilah kasih karunia itu, dimana kita mendapat kehormatan untuk memiliki hubungan yang eksklusif (luar biasa, intim atau akrab dan khusus) dengan Tuhan. Hubungan yang eksklusif inilah yang disebut sebagai persekutuan dengan Tuhan. Hal ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa, sebab siapakah kita ini bisa diperkenan memiliki persekutuan dengan Tuhan semesta alam yang Mahamulia? Umat Perjanjian Lama sebelum zaman anugerah tidak pernah memiliki kesempatan dan kasih karunia yang sangat berharga ini. 

Oleh sebab itu kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Kesempatan untuk memiliki hubungan yang eksklusif ini sangat terbatas. Jika kesempatan ini berlalu maka tidak akan datang kedua kali. Demi hal ini, kita harus rela melepaskan segala sesuatu dan menganggapnya tidak berharga (Flp. 3:7-9). Jadi, kalau ada orang Kristen yang tidak berani melepaskan segala sesuatu demi Tuhan, berarti ia tidak mengerti betapa berharganya kesempatan untuk memiliki hubungan yang eksklusif dengan Tuhan ini.

Hubungan yang eksklusif ini merupakan persiapan untuk menyongsong kehidupan di balik kematian. Seorang yang memiliki hubungan eksklusif dengan Tuhan di bumi ini akan memiliki hubungan eksklusif di kekekalan nanti, sebab segala sesuatu yang dilakukan manusia di bumi ini dalam hubungan dengan Tuhan akan berlanjut sampai kekekalan. 

Hubungan eksklusif dengan Tuhan inilah harta abadi. 

Seseorang yang memiliki hubungan yang benar dengan Tuhan sejak atau sementara di dunia ini akan memiliki hubungan yang benar pula di dikekekalan, sebaliknya kalau seseorang tidak memiliki hubungan yang eksklusif dengan Tuhan sementara di dunia ini maka ia tidak akan pernah bertemu dengan Tuhan selamanya. 

Ironis sekali, banyak orang tidak memandang hal ini berharga, sehingga lebih mengutamakan yang lain. Padahal, memiliki persekutuan yang eksklusif dengan Tuhan tidak ada ruginya, bahkan ini adalah kasih karunia yang tidak ternilai harganya. 

Banyak orang yang pikirannya telah sesat sehingga mereka lebih mengikat diri dengan berbagai kesenangan hidup. Dalam hal ini Tuhan tidak ditempatkan di tempat yang pantas. 

Orang yang tidak menempatkan Tuhan di tempat yang pantas, ia pun akan ditempatkan Tuhan di tempat yang tidak pantas pula. 

Jika kita menempatkan Tuhan di hati kita, Tuhan juga menempatkan kita di hati-Nya. Amin (truth) Tuhan Yesus Memberkati Shalom.

A RELATIONSHIP WITH GOD  is the most important relationship can have . embrace it Every Day. Terjemahan?: HUBUNGAN DENGAN ALLAH adalah hubungan yang paling penting dapat memiliki. menerimanya Setiap Hari.

Selasa, 04 November 2014

TETAP KUAT SEKALIPUN DALAM LINGKUNGAN YANG BERUPAYA MENJATUHKAN ANDA

Kita berada pada situasi dan jaman yang tidak mudah! Orang-orang yang berada disekitar anda mungkin adalah tipe orang seperti yang dikatakan Rasul Paulus dalam 2 Timotius 3:1- 4:“Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah.”

Seperti yang telah dikatakan diatas, orang-orang yang mencintai dirinya sendiri (egois), pemfitnah, suka menjelekkan orang serta suka mengkhianat, tidak dapat dipungkiri ada di sekitar kita bahkan mungkin dalam lingkaran dalam kepemimpinan kita di kantor, dan lain-lain. Merekalah yang seringkali diumpamakan sebagai musuh dalam selimut, penikam punggung, serta serigala berbulu domba. Kehadiran mereka tentunya membuat suasana kerja, usaha atau pelayanan menjadi kurang baik dan tentunya tidak akan nyaman dan aman bekerja bersama dengan orang-orang seperti ini, namun demikian kita juga tidak bisa dengan mudahnya menjauhkan diri dari mereka atau menjauhkan mereka dari diri kita.

Kalau begitu apa yang harus kita lakukan?

1. Jangan Menjadi Serupa dengan Mereka
“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” (Roma 12:2).  Sekalipun kita berada pada lingkungan dan situasi seperti itu, kita tidak boleh menjadi sama seperti mereka, jangan sampai anda yang terpengaruh, justru anda yang harus membawa pengaruh dan perubahan yang positif. Tetaplah menjadi teladan yang membawa Terang Kristus melalui sikap, tindakan dan karakter kita.

2. Cerdik dan Tulus
"Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” (Matius 10:16).  Dua kata ini menjadi kunci bagaimana kita harus bersikap dan bertindak di tengah-tengah lingkungan yang berupaya untuk menjatuhkan anda.  Kata “cerdik” dalam bahasa inggris diterjemahkan “wise” atau bijaksana. Artinya ditengah-tengah situasi seperti itu, kita sunguh-sungguh harus bijaksana dalam berbicara, bertindak dan mengambil keputusan. Jangan sampai ucapan, tindakan serta keputusan yang kita ambil justru dipakai sebagai ‘senjata’ untuk menjatuhkan kita. Sedangkan “tulus” dalam versi bahasa inggris diterjemahkan “harmless” yang artinya tidak berbahaya atau tidak merugikan bagi orang lain.

 

Sekalipun anda mengalami perlakuan yang tidak adil, anda difitnah atau berupaya dijatuhkan oleh orang lain, tetaplah menjaga ketulusan hati dengan tidak berbalik menyerang, tidak membahayakan serta menimbulkan kerugian bagi yang lain.

3. Berlindung dan mengandalkan TUHAN
“Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa akan berkata kepada TUHAN: "Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai." Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk.” (Mazmur 91:1-3).

`Jerat penangkap burung` bicara soal perangkap, jebakan-jebakan yang berupaya untuk menjatuhkan kita lewat siasat jahat dari pihak tertentu yang tentunya ditunggangi oleh iblis.

Kita mungkin tidak bisa mencegah pihak-pihak yang berniat jahat itu untuk tidak menjerat kita, tapi kita bisa memilih untuk berada dalam lindungan TUHAN YESUS. Kalau kita senantiasa berada dalam perlindungan TUHAN YESUS, seperti janji Firman-NYA, DIA pasti melepaskan kita dari orang-orang yang berusaha untuk menjatuhkan kita.

Amin Tuhan Yesus Memberkati




Senin, 03 November 2014

Keselamatan Bagi Semua Bangsa

Keselamatan Bagi Semua Bangsa

Bacaan Firma Tuhan: Roma 11: 1-2a + 29-32Mazmur 67
"Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasehatNya?" Tidak terselami rencana-rencana Tuhan atas kehidupan manusia, sehingga berita keselamatan Tuhan tersebar ke seluruh bangsa-bangsa. Banyak suku-suku bangsa yang pada akhirnya menerima kasih keselamatan Allah melalui penderitaan dan kematian Yesus Kristus di kayu salib. Allah merelakan diriNya untuk mendapatkan hinaan dan siksaan supaya kasihNya nyata kepada semua bangsa.

Inilah yang dinyatakan oleh Rasul Paulus "Kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka". Umat Israel yang dari dahulu kala telah diberitakan dan dijanjikan kepada nenek moyangnya akan keselamatan dari Allah tidak dapat menerima kebenaran Allah (Rm. 10:3) yang telah dinyatakan melalui Tuhan Yesus Kristus. Namun demikian keselamatan tetap terbuka bagi umat Israel melalui kemurahan yang telah diperoleh orang-orang yang bukan Yahudi.

Hendak di tegaskan kepada kita bahwa keselamatan dari Tuhan hanya dapat diperoleh melalui iman bukan karena perbuatan seperti yang dilakukan oleh umat Israel yang berusaha mengenal kebenaran Tuhan mengandalkan pikiran mereka sendiri. Keselamatan dari Allah terbuka bagi semua orang yang menerima dengan iman.

Berkat keselamatan, penyertaan dan pertolongan Tuhan sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah kepada Abraham telah terbuka bagi seluruh bangsa melalui Yesus Kristus (Gal. 3:14). Dengan demikian Yesus menjadi satu-satunya jalan keselamatan dan hidup bagi dunia (Yoh. 3:16) siapa yang percaya akan diselamatkan, dan siapa yang tidak percaya akan dihukum (Mrk. 16:16).

Nas ini mengingatkan kita, bahwa keselamatan yang kita peroleh melalui iman kepada Yesus Kristus bukanlah sesuatu yang harus kita sombongkan dan menganggap bahwa orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus adalah orang-orang yang lebih rendah dari kita. Namun sebaliknya bahwa harus memiliki konsep berpikir bahwa mereka juga harus melihat dan ikut serta dalam keselamatan dari Kristus. Inilah tanggungjawab iman kita yaitu untuk memberitakan Injil Kristus. Itulah sebabnya Paulus menegaskan: "Supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan"

Ada banyak ladang penginjilan dalam kehidupan kita, di dalam lingkungan keluarga, masyarakat, tempat pekerjaan kita sehari-hari adalah tempat yang akan kita gunakan untuk memperlihatkan bahwa kita adalah orang-orang yang telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus. Bagaimana orang lain dapat melihat kasih, kebaikan dan kemurahan Kristus ada dalam perilaku kehidupan kita. 

Sehingga orang yang hidup dalam kemurahan Allah bukan lagi dosa yang dirancang-rancang dalam kehidupannya, namun segala sesuatu yang boleh kita perbuat semuanya menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan kita Yesus Kristus (ay. 36). Jika orang yang belum mengenal Kristus hanya dapat mencaci dengan perkataan maupun dengan sikap kebencian maka kita akan perlihatkan kasih da kebaikan Allah kepada mereka.

Sehingga keselamatan yang rancangkan oleh Allah bukanlah hanya kepada sekelompok orang atau hanya kepada satu bangsa saja, namun kepada seluruh bangsa akan mendapatkan keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. 

Kita sebagai orang Indonesia yang telah percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamat tidak lepas dari rencana Allah keselamatan Allah. Terlebih dalam memperingati HUT RI ke-69 kita tidak lupa untuk mengsyukuri kemerdekaan yang boleh di raih bangsa Indonesia tidak terlepas dari kemurahan Allah. Bagaimana kita sebagai orang Kristen mengsyukuri dan mengisi kemerdekaan Indonesia? Kita memiliki tugas ilahi yaitu menjadi warga negara yang telah diselamatkan. Kita berbakti kepada bangsa dan negara adalah karena Allah mengasihi Indonesia. 

Minggu, 02 November 2014

Interaksi Sebagai Tanda

Banyak orang Kristen merasa telah menemukan Tuhan karena telah melakukan hukum-hukum yang Allah berikan. 

Hukum-hukum tersebut terdapat dalam Alkitab yang mengacu pada pemberian Sepuluh Perintah Allah. Seakan-akan pertemuan umat dengan Allah dapat terjadi melalui media melakukan hukum tersebut. Pola keberagamaan seperti itu adalah pola keberagamaan standar yang ada pada semua agama. 

Pada umumnya agama-agama di dunia memiliki hukum-hukum yang harus dikenakan umat. Melaluinya umat dapat memiliki ikatan dengan ilah atau dewa yang disembah. Agama tanpa hukum tidak dianggap sebagai agama yang berkualitas tinggi. Menurut banyak orang, justru hukum suatu agama menentukan kualitas agamanya. Semakin hukumnya dirasa berat dan dapat menampilkan sosok-sosok orang “saleh”, maka mereka merasa agama tersebut lebih benar atau paling benar. 

Tidak heran kalau banyak umat berusaha menunjukkan kesalehannya di mata manusia melalui berbagai penampilan lahiriahnya.

Memang tidak bisa dihindari, pola keberagamaan diberlakukan atas bangsa Israel, sebab bangsa tersebut adalah bangsa yang tidak berbudaya; mereka menjadi budak selama 430 tahun di Mesir. 

Ini adalah masa yang sangat panjang, sebab bisa meliputi enam sampai tujuh generasi. Sebagai bangsa budak mereka tidak memiliki hukum, hidup mereka tidak tertib dan tidak mengenal Allah. Itulah sebabnya ketika Musa memperkenalkan Allah Abraham, Ishak dan Yakub, mereka bisa mempertanyakan siapa nama Allah tersebut. 

Untuk menjadikan mereka bangsa yang beradab dan tertib, mereka harus diberi hukum (Torat). Hukum bukanlah media yang ideal untuk mengikat hubungan Allah dengan umat.

Kekristenan bukanlah agama hukum. Dalam Injil tidak terdapat syariat atau hukum yang mengatur secara detail kehidupan umat seperti yang terdapat dalam agama lain. Kekristenan adalah jalan hidup, dimana umat diajar untuk mengenal kebenaran. 

Pengenalan yang memadai terhadap kebenaran akan memberikan kecerdasan roh. Kecerdasan inilah yang memungkinkan seseorang bisa mengerti kehendak Allah. Dengan demikian orang percaya prinsipnya adalah “Tuhan adalah hukumku”. Dengan melakukan kehendak Allah seseorang berinteraksi dengan Dia. 

Ini adalah interaksi yang sangat pribadi. Dari hal inilah seseorang baru dapat dikatakan sebagai telah menemukan Tuhan. Amin Selamat Pagi Dan Beraktifitas (truth)

Tuhan Yesus Memberkati Shalom.

Sabtu, 01 November 2014

Mengapa Tidak Bejaga-jaga 1

Baca:  Kolose 4:1-6


"Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur."  Kolose 4:2

Berjaga-jaga berarti waspada terhadap segala kemungkinan, terutama dalam hal-hal negatif.  Berjaga-jaga juga berarti sikap bersiap-siap, awas atau berhati-hati.  Mengapa kita harus selalu berjaga-jaga?  Karena hari-hari yang kita jalani ini penuh kejutan, perubahan, percepatan atau hal-hal tak terduga yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu.  Tak ada seorang pun tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari, karena itu  "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu."  (Amsal 27:1).  Samuel Taylor Coleridge dengan sangat bijak berkata,  "Kita tidak tahu bagaimana hari esok, yang bisa kita lakukan ialah berbuat sebaik-baiknya dan berbahagia pada hari ini."

     Ada beberapa faktor mengapa orang tidak berjaga-jaga:  1.  Terlalu percaya diri atau over confidence.  Rasa percaya diri yang berlebihan membuat orang merasa dirinya cukup kuat sehingga dalam segala hal mengandalkan kekuatan sendiri.  Orang yang demikian sulit sekali menerima nasihat dan teguran orang lain.  Alkitab memperingatkan:  "...janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri... Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak,"  (Amsal 3:5, 7).  Rasul Paulus juga memperingatkan,  "...siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!"  (1 Korintus 10:12);  "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri;"  (Galatia 6:4).  Jika saat ini kita tegak berdiri dan menang atas pencobaan, jangan takabur, sebab Iblis tidak akan pernah menghentikan usahanya sebelum misinya berhasil yaitu mencuri, membunuh dan membinasakan  (baca  Yohanes 10:10a).  2.  Kurangnya pengenalan akan Tuhan dan firman-Nya.  "Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu."  (Hosea 4:6).  Seseorang yang tidak memiliki pengenalan yang benar tentang Tuhan  (pribadi, kuasa, kasih, kehendak-Nya dan sebaginya)  akan cenderung mengisi hari-harinya dengan perbuatan-perbuatan sia-sia.  Ia lupa bahwa setiap tindakan ada konsekuensinya.

Jangan merasa diri kuat, tapi makin mendekatlah kepada Tuhan supaya kita dapat bertahan!